Semangat Pagi
Sabtu, 30 Agustus 2014
Saya sedang mencoba menerapkan SSR (Sustained Silent Reading) pada anak-anak kelas dua. Mereka memilih bacaan sesuai dengan keinginan mereka di pojok perpustakaan yang sudah saya sediakan di dalam kelas,,, bukunya ada tentang cerita rakyat, sains untuk anak, dan buku cerita seri akhlaq. Pojok perpustakaan ini saya sediakan dalam rangka menciptakan kelas whole language.
Minat anak untuk membaca sangat tinggi. Meskipun SSR yang pertama ini mereka masih banyak yang membaca pelan, tapi tak apalah,,,,
Namanya juga proses. Hasilnya pun cukup memuaskan. Beberapa anak sanggup menceritakan kembali apa yang dibacanya. Siswa yang berani dan dapat menceritakan kembali diberikan bintang penghargaan yang ditempelkan di depan kelas, untuk memupuk sikap "menghargai prestasi" yang merupakan salah satu karakter bangsa.
Kelas 2 CERIA
CErdas
Rajin
Iman dan
Akhlaq
Serunya kegiatan anak-anak saat bermain kartu bilangan,,, mereka berlomba-lomba menyusun bilangan dan pola bilangan loncat.
Kamis, 03 Juli 2014
Bab Wudhu
Amalan yang Akan Dihisab Pertama Kali
Sungguh,,, hal ini tidak boleh kita remehkan. Karena shalat adalah ibadah wajib bagi kita yang harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Mari kita koreksi shalat kita, mulai dari cara bersuci, pakaian, sampai tata cara dan bacaan shalat yang benar.
Sabtu, 29 Maret 2014
Alhamdulillah
Alhamdulillah aku masih bernafas
Alhamdulillah aku seorang muslimah
Alhamdulillah aku hidup dalam keadaan aman
Alhamdulillah aku bisa makan minum
Alhamdulillah aku punya keluarga dan teman
Alhamdulillah aku diberikan hidayah dan karunia oleh Allah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
syukuri syukuri syukuri
Minggu, 19 Januari 2014
Pendidikan yang seharusnya
~sebuah opini~
Pendidikan, sebuah kata yang sering kita dengar. Pendidikan, setiap orang pasti menjalaninya. Sering kita dengar, "sudah sekolah kok tidak tahu sopan santun? sekolah kok anarkis? sekolah kok suka tawuran?". Miris rasanya kalau melihat hal tersebut di TV, koran, atau bahkan terjadi di depan mata kita sendiri. Siapa yang bertanggunggung jawab? Guru, orang tua, atau anak tersebut?
Mari kita renungkan sejenak,
Pernahkan mendengar istilah tri pusat pendidikan?
Istilah tersebut merujuk pada tiga komponen yang penting dalam mendidik seorang manusia. Komponen tersebut adalah sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Keluarga adalah lingkungan yang paling fundamental dalam membentuk karakter anak. Baik buruk sikap anak akan terbentuk berdasarkan didikan dan teladan orang tua dan keluarganya. Tak dapat dipungkiri akhir-akhir ini banyak sekali orang tua yang sangat memanjakan anaknya, memberikan semua yang anaknya minta. Hal itu diartikan sebagai wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya. Sikap orang tua tersebut dapat berdampak buruk bagi anaknya, akan terbentuk sikap seperti egois, mau menang sendiri, tak bertanggung jawab, tidak disiplin, sampai sikap tidak memiliki sopan santun dan rasa hormat pada orang lain. Apakah orang tua telah lupa bahwa anak adalah titipan yang harus dididik sebaik mungkin agar dapat manjadi anak sholeh dan berguna bagi agama, keluarga, orang lain dan negaranya?
Miris sekali melihat anak yang menunjukkan sikap seperti itu.
Seharusnya kita sadari bersama, bahwa tanggung jawab dalam mendidik anak tak hanya dibebankan pada guru di sekolah, namun orang tua juga harus berperan aktif membentuk karakter anak dengan memberikan teladan yang baik dan bimbingan dalam keluarga yang agamis, demokratis dan penuh kasih sayang, serta memperhatikan lingkungan bergaul anak dalam masyarakat.